Proses Kelahiran Anak Pertama ku
Untuk para calon ibu yang akan melahirkan, cerita ini semoga bermanfaat karena aku mengalami nya sendiri bagaimana membingungkannya kelahiran anak pertama.
Hari itu tanggal 5 Januari 2018 aku masih bekerja seperti biasa di kantor. Kontraksi sudah mulai muncul setiap 5 menit sekali. Malam senin tanggal 7 Januari 2018, perut ku terasa mulas dan di area Miss V terasa nyilu sakit. Aku pun langsung ke dokter bersama suami dan orang tua ku.
Aku masih belum tau perhitungan melahirkan itu bagaimana. Menurut ku 36 week itu adalah 9 bulan, dan saat nya melahirkan sudah dekat. Yup,,, perasaan khawatir akan bayi di dalam perut ku terus terfikirkan. Karena menurut kedokteran bayi dilahirkan umur 9 bulan 10 hari. Sedangkan menurut dokter ku umur 41 week masih aman untuk melahirkan dan maksimal yaitu 42 week.
Nah lo... bagaimana tuh cara hitung nya??? ya ada yang berpendapat bahwa 1 bulan kan ada yang 5 week. Yup,,, benar sekali, tapi saya ga tau mana-mana yang 5 week di bulan apa.
So, aku hitung 9 bulan itu ya di 36 week. Awam sekali ya perhitungan ku..
Maklum anak pertama, cucu pertama, dan nanya orang tua pada lupa dan bingung.
Lanjut cerita, jadi malam senin itu dokter bilang sudah harus cuti karena kontraksi sudah mulai cepat dan pembukaan 1 sudah terjadi, padahal usia nya masih 36 week 6 hari.
Aku pun cuti hari senin tanggal 8 Januari 2018, padahal HPL (Hari Perkiraan Lahir) ku masih 2 minggu lagi yaitu tanggal 29 Januari 2018.
Sayang sih cuti duluan padahal anak belum lahir, tapi ya sudah pembukaan 1, jadi aku takut besok beneran lahir ya sudah lah cuti dulu untuk persiapan kelahiran. Dokter pun menyarankan untuk pulang dan jalan-jalan di mall untuk mempercepat kontraksi. Syaratnya untuk kembali ke rumah sakit yaitu:
1. Kontraksi muncul 3 menit sekali
2. Adanya flex yang keluar dari kemaluan
3. Pecah Ketuban
Hari pun terus berjalan dan kontraksi aku masih tetap 5 menit sekali sampai ketemu malam senin lagi, aku pun merasa kontraksi yang amat sangat sakit. Aku dan suami menghitung lagi kontraksi yang terjadi dan sudah naik menjadi 3 menit sekali. Aku dan suami langsung ke dokter untuk memastikan apakah sudah ada kenaikan pembukaan, karena jarak sudah 1 minggu sejak pembukaan 1 sebelumnya. Aku sunggu khawatir, ternyata,,,,
Kekhawatiran terasa terus menerus karena rasa kontraksi makin cepat, tetapi lagi-lagi disuruh pulang ke rumah dan banyak jalan-jalan. Aku bukan khawatir terhadap diriku, tetapi khawatir terhadap anak didalam perut ku yang sebelumnya sudah di USG 3D tampak wajah imutnya, sungguh sedih jika terjadi sesuatu. Dokter pun bilang kembali lagi jika ada flex atau pecah ketuban.
Hari pun berlalu, dan aku konsultasi biasa di hari sabtu 20 Januari 2018 tepat hari 1 tahun pernikahan ku dan suami. Kami pun meminta kepada dokter untuk melakukan operasi caesar saja, tetapi dokter tidak menyarankan itu karena aku masih sanggup untuk melahirkan normal. Aku dan suami pun pulang kembali, karena tanda flek blum mucul.
Tepat di malam senin lagi, kontraksi hebat terasa dan terlihat flek darah segar dan kecoklatan di celana dalam ku. Aku pun khawatir dan kembali lagi ke dokter untuk di cek pembukaan, ternyata ,,,,
Sungguh bercahaya anak perempuan ku yang cantik dan langsung ku kecup pipi kanan dan kiri nya. Anak ku pun keluar dari ruang operasi dengan senyum gembira dan langsung di adzani oleh ayah nya.
True Story : Lita Septia W.
Hari itu tanggal 5 Januari 2018 aku masih bekerja seperti biasa di kantor. Kontraksi sudah mulai muncul setiap 5 menit sekali. Malam senin tanggal 7 Januari 2018, perut ku terasa mulas dan di area Miss V terasa nyilu sakit. Aku pun langsung ke dokter bersama suami dan orang tua ku.
Aku masih belum tau perhitungan melahirkan itu bagaimana. Menurut ku 36 week itu adalah 9 bulan, dan saat nya melahirkan sudah dekat. Yup,,, perasaan khawatir akan bayi di dalam perut ku terus terfikirkan. Karena menurut kedokteran bayi dilahirkan umur 9 bulan 10 hari. Sedangkan menurut dokter ku umur 41 week masih aman untuk melahirkan dan maksimal yaitu 42 week.
Nah lo... bagaimana tuh cara hitung nya??? ya ada yang berpendapat bahwa 1 bulan kan ada yang 5 week. Yup,,, benar sekali, tapi saya ga tau mana-mana yang 5 week di bulan apa.
So, aku hitung 9 bulan itu ya di 36 week. Awam sekali ya perhitungan ku..
Maklum anak pertama, cucu pertama, dan nanya orang tua pada lupa dan bingung.
Lanjut cerita, jadi malam senin itu dokter bilang sudah harus cuti karena kontraksi sudah mulai cepat dan pembukaan 1 sudah terjadi, padahal usia nya masih 36 week 6 hari.
Aku pun cuti hari senin tanggal 8 Januari 2018, padahal HPL (Hari Perkiraan Lahir) ku masih 2 minggu lagi yaitu tanggal 29 Januari 2018.
Sayang sih cuti duluan padahal anak belum lahir, tapi ya sudah pembukaan 1, jadi aku takut besok beneran lahir ya sudah lah cuti dulu untuk persiapan kelahiran. Dokter pun menyarankan untuk pulang dan jalan-jalan di mall untuk mempercepat kontraksi. Syaratnya untuk kembali ke rumah sakit yaitu:
1. Kontraksi muncul 3 menit sekali
2. Adanya flex yang keluar dari kemaluan
3. Pecah Ketuban
Hari pun terus berjalan dan kontraksi aku masih tetap 5 menit sekali sampai ketemu malam senin lagi, aku pun merasa kontraksi yang amat sangat sakit. Aku dan suami menghitung lagi kontraksi yang terjadi dan sudah naik menjadi 3 menit sekali. Aku dan suami langsung ke dokter untuk memastikan apakah sudah ada kenaikan pembukaan, karena jarak sudah 1 minggu sejak pembukaan 1 sebelumnya. Aku sunggu khawatir, ternyata,,,,
Pembukaan 1 selama 1 minggu belum ada perubahan.
Hari pun berlalu, dan aku konsultasi biasa di hari sabtu 20 Januari 2018 tepat hari 1 tahun pernikahan ku dan suami. Kami pun meminta kepada dokter untuk melakukan operasi caesar saja, tetapi dokter tidak menyarankan itu karena aku masih sanggup untuk melahirkan normal. Aku dan suami pun pulang kembali, karena tanda flek blum mucul.
Tepat di malam senin lagi, kontraksi hebat terasa dan terlihat flek darah segar dan kecoklatan di celana dalam ku. Aku pun khawatir dan kembali lagi ke dokter untuk di cek pembukaan, ternyata ,,,,
Pembukaan 1 selama 2 minggu belum ada perubahan juga.
Sungguh sedih sekali hati yang sudah tidak sabar ingin bertemu dengan anak tercinta, tetapi pembukaan belum naik juga padahal sudah 2 minggu. Dokter pun menyarankan untuk kembali pulang ke rumah dan banyak jalan. Aku pun kembali ke rumah dan terus berfikir harus bagaimana. Ibu ku dan mertua ku menyarankan untuk Optional ke dokter lain. Lalu lusa yaitu hari selasa 23 Januari 2018 aku pun pergi ke dokter lain dan mendapatkan keterangan dari hasil pemeriksaan bahwa anak ku sudah tidak menerima nutrisi lagi dan harus segera dikeluarkan. Aku dan orang tua ku pun tercengang mendengar keterangan dokter seperti itu. Dokter bilang anak ku harus segera dikeluarkan dalam waktu 3 hari.
Aku bertanya kepada dokter, "dok, apa aku bisa normal melahirkan atau caesar?"
Dokter pun menjawab, "apa sudah dicek pembukaan dan jalan lahir di dokter sebelumnya?"
Aku menjawab, "cek pembukaan sudah dicek di dokter sebelumnya, tetapi bukan dokter saya langsung, melainkan bidan dok"
Dengan nada heran, "loh kok bidan, kenapa ga dokternya langsung? Yasudah saya cek dulu ya bu"
Aku pun bingung kenapa bukan dokter aku langsung saat itu yang menangani, setiap aku ke IGD pasti yang menanganiku bidan nya. Dokternya selalu sibuk dan tidak bisa sama sekali bertatap muka.
Setelah dicek oleh dokter optional aku ini, dia berkata bahwa aku bisa normal tetapi dengan cara induksi, karena dinding rahim ku tebal. Aku menelpon suami untuk mendapatkan saran nya dan menjelaskan sistem induksi yang terdiri dari 3 macam yaitu :
1. Induksi dengan tablet, dimasukkan ke dalam Vagina
2. Induksi dengan suntik, khawatir jika terjadi efek samping pada tubuh.
3. Induksi dengan balon (Orang bilang sih di sedot), takut anak nya kepala panjang.
Aku dan suami memilih induksi dengan tablet yang sekira nya aman. Aku bertanya pada suster dan dokter nya bagaimana cara kerja induksi tablet ini. Mereka bilang rasanya akan berefek kontraksi yang hebat 5 menit sekali. Aku pun setuju dengan pantauan dari dokter optional ku yang intens.
Aku pun dimasukkan tablet induksi jam 18.00 tanggal 23 Januari 2018.
Malam hari tepat jam 9, pihak rumah sakit bertanya kondisi ku dan aku bilang belum terasa apa pun.
Tepat jam 10 malam, kontraksi hebat terasa dan aku masih bisa menahan nya. Kontraksi itu berlangsung cukup cepat ritme nya dari 3 menit sekali menjadi 1 menit sekali. Jam 1 malam tgl 24 Januari 2018, suami ku memutuskan untuk mengajak aku ke IGD rumah sakit pertama ku.
Seperti biasa, rumah sakit bilang,,,
"Bu, masih pembukaan 2"
Aku pun menangis kesakitan saat itu, berjalan pun susah karena kontraksi yang begitu sakit dan cepat. Nafas ku terasa akan habis. Suster dan bidan di IGD itu tidak percaya dengan rasa sakit ku. Mereka hampir menyuruhku untuk pulang, tetapi ibu ku bilang tolong anak saya kesakitan. Meraka akhirnya berkonsultasi dengan dokter ku yang awal dan akhirnya memutuskan untuk aku tinggal di rumah sakit.
Selang 2 jam yaitu jam 3 pagi pecah ketuban terjadi, dan rasanya plong sekali. Bidan pun langsung mengecek pembukaan ku dan ,,,
"Bu, masih pembukaan 2"
Pasrah mendengar kabar ini, dan aku bilang ke suami bahwa aku sudah tidak kuat lagi. Tubuhku lemas menahan rasa sakit. Benar kata orang, melahirkan normal benar-benar menyakitkan dan menguras energi. Kehadiran seorang ibu dan suami disamping ku membuat ku senang karena ada yang mensupport segalanya. Tetapi rasa ingin menarik-narik barang atau mencakar sesuatu tidak bisa dipungkiri muncul. Akhirnya gagang tempat tidurlah yang jadi korban, "sus,, dok,, maaf ya kalau rusak".
Keputusan ku dan suami sudah dibuat, aku pun melakukan operasi caesar. Detak jantung yang kulihat dimesin sungguh rendah sekali 60/50. Tubuh ku kedinginan dan lemas ngantuk yang hanya terasa.
Tepat pukul 5.20 lahirlah puteri cantik yang bernama NAURA PUTERI WIDYANDARI. Rasa bahagia menutupi semua kelelahan dan kesakitan yang ada. Arti nama anak ku yaitu :
Naura = Bunga
Puteri = Anak Perempuan
Widya = Ilmu Pengetahuan
Ndari = Cahaya Bulan
True Story : Lita Septia W.
Comments
Post a Comment